'Lantas muncul pertanyaan: di mana posisi IWO dalam peta besar itu?Jawabannya jelas: di garda depan pembentukan opini publik yang konstruktif.IWO memiliki tanggung jawab moral untuk mengelaborasi nilai-nilai Asta Cita melalui narasi jurnalistik yang mencerahkan dan mempersatukan bangsa,"ucap Tengku Yudhistira dalam kata sambutanya
Lebih lanjut Ketum IWO menyampaikan bahwa Melalui tulisan tulisan Wartawan lah masyarakat diarahkan untuk berpikir kritis namun tetap beradab, bersuara lantang namun tetap santun, dan pastinya tetap mengedepankan visi misi yang salah satunya memberikan edukasi kepada masyarakat luas. Dimana Kualitas suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh sumber daya alamnya, tetapi juga oleh kualitas informasi yang dikonsumsi warganya.
Baca Juga:
Tim DPRD Samosir Turut Ikuti Turnamen Daddy Footbal Lake Toba 2025 Yang di laksanakan di Lapangan Bola Ambarita
"Bila informasi menyesatkan, bangsa pun mudah terpecah. Oleh karena itu, tugas wartawan online bukan hanya mencatat, tetapi mendidik. Bukan hanya menyiarkan, tetapi menjernihkan,"ujar Tengku Yudhistira
Lebih lanjut dalam sambutanya dijelaskan bahwa di era algoritma dan kecepatan klik, kita dihadapkan pada dilema antara idealisme dan tuntutan pasar. Namun saya yakin, selama kita berpegang pada semangat “IWO Bersatu, Berkarya, Berintegritas,”maka kita tidak akan kehilangan arah.Bersatu berarti menjaga soliditas internal IWO agar tetap kokoh di tengah berbagai perbedaan.Berkarya berarti melahirkan karya jurnalistik yang bermutu, mendidik, dan berpengaruh positif bagi masyarakat. Berintegritas berarti menempatkan kebenaran di atas kepentingan apa pun termasuk kepentingan popularitas dan kekuasaan.
,Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto pernah menyampaikan pesan yang sederhana namun sangat bermakna “Seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak.” Pesan ini sejalan dengan semangat yang ingin kita tanamkan di tubuh IWO. Dalam membangun bangsa, tidak ada ruang bagi permusuhan, kecurigaan, atau ego sektoral. Kita harus memperbanyak kawan, memperluas kolaborasi, memperkuat jejaring, dan menjalin sinergi dengan seluruh elemen bangsa.Karena itu, dalam hal ini pastinya IWO tidak bisa berjalan sendiri. Kita perlu bermitra dengan pemerintah, akademisi, lembaga pendidikan, pelaku industri media, serta komunitas masyarakat sipil. Kolaborasi bukan berarti kehilangan independensi, tetapi justru memperkuat daya jangkau dan kredibilitas organisasi.
Baca Juga:
Percepatan Operasionalisasi Koperasi Merah Putih Tidak Lepas Dari Dukungan HIMBARA Dan BUMN
"Rakernas tahun ini adalah momentum penting untuk memperkuat arah gerak organisasi. Kita tidak ingin berhenti pada tataran seremonial. Rakernas harus melahirkan keputusan yang strategis dan aplikatif yakni bagaimana memperkuat kapasitas anggota IWO dalam menghadapi tantangan jurnalisme digital, bagaimana membangun sistem data dan literasi digital yang berpihak pada kebenaran dan bagaimana memperkuat jaringan IWO di seluruh Indonesia agar lebih solid, profesional, dan berdaya saing.Kita juga perlu memperluas peran IWO dalam pendidikan publik menjadi mitra masyarakat dalam membangun literasi media, melawan hoaks, serta mengedukasi generasi muda agar bijak bermedia. Inilah kontribusi nyata IWO bagi Asta Cita: mencerdaskan kehidupan bangsa melalui kekuatan informasi,"ujar Tengku Yudhistira
Ketua Umum PP IWO juga menjelaskan bahwa Perjalanan menuju Indonesia Emas 2045 bukanlah jalan yang mudah. Akan ada rintangan, dinamika, dan perbedaan pandangan. Namun saya percaya, selama kita berpegang pada nilai-nilai persaudaraan, semangat kebersamaan, dan integritas profesi, IWO akan terus menjadi bagian penting dalam perjalanan bangsa ini.Mari kita jadikan Rakernas ini sebagai ruang refleksi dan inspirasi, tempat kita memperbaharui niat, meneguhkan langkah, dan menyatukan tekad.Mari kita buktikan bahwa wartawan online bukan hanya pencatat sejarah, tetapi juga penulis masa depan bangsa.
"Dengan semangat IWO Bersatu, Berkarya, Berintegritas, kita bangun jurnalisme yang mencerahkan, memperkuat demokrasi, dan menegakkan nilai kemanusiaan,"ucap Tengku Yudhistira.